Selasa, 12 April 2011

keadaan di slah satu lokasi di jakarta

 

 


Sampah terjaring di akar mangrove, hasilnya luar biasa [Foto: Firmansyah]Sampah terjaring di akar mangrove, hasilnya luar biasa [Foto: Firmansyah]Sedikit banyak, di antara kita sudah mengetahui bahwa di utara Jakarta terdapat kawasan konservasi semata wayang yang ada di ibukota Jakarta, kawasan konservasi berbasis ekosistem mangrove/pepohonan bakau ini terletak di antara pemukiman dan Laut Jawa.
Kawasan green belt tersebut antara lain Taman Suaka Margasatwa Muara Angke (luas 25,02 ha), Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk (99,82 ha) dan kawasan hutan lindung (44,76 ha). Sayangnya, benteng terakhir kota Jakarta sebagai satu-satunya penahan alamiah keganasan air laut itu, kini dalam situasi siaga satu (darurat).
Masya Allah...ini harus gencar dikampanyekan kepada masyarakat luas [Foto: Firmansyah]Masya Allah...ini harus gencar dikampanyekan kepada masyarakat luas [Foto: Firmansyah]Secara fisik, hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil (menahan abrasi), melindungi pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai perangkap zat-zat pencemar dan limbah, melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan dan gelombang dan angin kencang dan sebagainya.
Jika menelaah kondisi saat ini, kita pastinya akan mengelus dada saat menyaksikan pemandangan sepanjang bibir pantai hanya ditutupi oleh limbah/sampah 'hasil kreasi' tangan-tangan manusia. Ibarat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tak bertuan, sekitar 50 hingga 100 meter dari garis pantai, ribuan ton sampah plastik telah menjamah kelestarian hutan mangrove tersebut.
abrasi bahaya yang setiap saat mengancam daratan kita [Foto: Firmansyah]abrasi bahaya yang setiap saat mengancam daratan kita [Foto: Firmansyah]Mengapa tidak, setiap sungai yang mengalir menuju laut Jawa tersebut, 90 persen terkontaminasi sampah/limbah manusia. Alhasil, kawasan hutan mangrove dengan akarnya yang tertancap di bibir pantai dan bibir sungai, menjadi alat penyaring tunggal yang paling efektif guna menahan laju sampah-sampah tersebut.
Foto: Firmansyah"Ketika air laut sedang pasang, plastik-plastik itu terbawa sampai beberapa meter kedalam kawasan hutan, sehingga, ketika akar pepohonan mangrove di tutupi plastik, tidak lama lagi pepohonan itu pasti akan mati, karena pohon-pohon bakau ini bernafas lewat akarnya itu," ujar Resijati Warsito, koordinator polisi hutan di wilayah tersebut.
Buang sampah sembarangan perbuatan tak bertanggung jawab terhadap lingkungan [Foto: Firmansyah]Saat ini, walaupun tanahnya lembab dan basah, pepohohan mangrove di kawasan tersebut terlihat mengering dan tidak sedikit pula yang sudah tumbang, tidak lain disebabkan akar-akar yang menjadi ruang bernafas bagi mereka sudah di jejali oleh sampah-sampah plastik.
Selain itu, secara biologi, hutan mangrove berfungsi sebagai daerah berkembang biak (nursery ground), tempat memijah (spawning ground), dan mencari makanan (feeding ground) untuk berbagai organisme yang bernilai ekonomis khususnya ikan dan udang. Selain juga merupakan sumber plasma nutfah, hutan mangrove menjadi habitat berbagai satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, hurting, dan lain-lain.
Jadi, jika habitat mereka yang hanya secuil di antara sedemikian luasnya kota metropolis sudah tidak nyaman lagi, jangan salahkan jika mereka mencari habitat baru yang lebih fresh di negara-negara tetangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar